Rabu, 17 Februari 2010

ini-ngepet.baca-yaaaaaaa

Dilihat dari usianya, beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, pak Eddy Suyatno, 58 tahun. kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit dan juga sudah tua. mereka menikah lebih dari 32 tahun dan dikaruniai 4 orang anak. Disinilah awal cobaan menerpa,setelah istrinya melahirkan anak ke-4, tiba2 kakinya lumpuh selama 2th, menginjak tahun ke3 seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tak bertulang, lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

SEtiap hari pak Eddy memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, mengangkat istrinya keatas tempat tidur. sebelum brangkat kerja pun, ia letakkan istrinya didepan TV supaya tidak merasa kesepian. walau istrinya tidak berbicara, beliau selalu melihat istrinya tersenyum. Untungnya, tempat kerja pak eddy ga jauh dari rumah, jadi beliau bisa menyuapi istrinya untuk makan siang, sorenya dia memandikan istrinya dan mengganti bajunya, dan selepas magrib dia temani istrinya menonton tV serta menceritakan apa2 saja yang ia alami seharian,walaupun istrinya tidak menanggapi beliau sudah cukup senang bahkan beliau masih menggoda istrinya ketika di t4 tidur.Rutinitas ini berjalan selama kurang lebih 25 th, dengan sabar ia merawat istrinya dan merawat ke-4 anaknya, sekarang tinggallah si bungsu yang masih kuliah.

suatu hari, ke-4 anak pak eddy berkumpul dirumah ortu mereka sambil menjenguk ibu, karena setelah anak2nya menikah pak eddy memutuskan ibu mereka dia yang merawat, hanya satu yang dia inginkan, semua anaknya berhasil dunia akhirat. Anak sulung berkata dengan hati2,"pak, kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil, bapak terus merawat ibu tanpa ada keluh kesah keluar dari bibir bapak, bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu," dengan berlinang air mata ia melanjutkan, "sudah ke-4 kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkan. kapan bapak menikmati masa tua bapak? dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu dengan sebaik-baiknya secara bergantian."

pak eddy menjawab,"anak2ku, jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu belaka mungkin bapak akan menikah. tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup apalagi setelah melahirkan kalian," sejenak kerongkongannya tercekat,"kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia dengan penuh cinta yang satupun tidak dapat dihargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah ia ingin keadaannya seperti sekarang? kalian ingin bapak bahagia, tapi apakah batin bapak bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaannya yang sekarang? kalian menginginkan bapak yang masih diberi TUhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit." sejenak meledaklah tangis anak2 pak eddy dan begitu pula dengan istrinya walaupun hanya beberapa butiran kecil jatuh di pelupuk matanya mereka tahu ibunya hanya bisa menatap dengan pilu suaminya itu.

sampai pada akhirnya pak eddy diundang oleh salah satu televisi swasta unutuk menjadi narasumber dan merekapun menanyakan mengapa anda bisa bertahan selama 25 tahun untuk merawat istri yang sudah tidak bisa apa2, sejenak pak eddy menangis dan menjawab,"jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia2an. saya memilih istri saya sebagai pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati n batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi 4 orang anak yang lucu2. sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama dan itu merupakan komitmen saya untuk mencintainya apa adanya, sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar